Minggu, 06 September 2015

Soto Babat Pak Mujianto, Desa Slorok, Kromengan, Kabupaten Malang

Sejak 25 tahun yang lalu, Soto Babat Pak Mujianto di Jalan Kali Biru, Desa Slorok, Kecamatan Kromengan ini menjadi favorit warga Malang Raya. Usaha yang dirintis oleh Mujianto dan istrinya, Musi’in ini punya ciri khusus, yakni babat (jeroan sapi bagian perut) berwarna hitam. Awalnya, banyak pelanggan yang merasa aneh tapi ternyata bikin mereka ketagihan. 
Berdiri sejak tahun 1990, Warung Soto Babat Pak Mujianto tetap eksis hingga saat ini. Pelanggan masih memburu makanan yang nikmat ketika disajikan dalam keadaan panas ini. Soto babat buatan Mujianto memang terkenal cita rasanya yang lezat. Warung soto milik Mujianto sudah dipercayakan pengelolaannya pada ketiga anaknya. Yakni, Luluk Ida, Bakti Riza Hidayat, dan Farid indiana.
”Sekarang kami yang meneruskan turut membantu menjual,” kata Bakti Riza Hidayat, anak kedua Mujianto. Bakti mengatakan, usaha dibangun mulai dari nol oleh bapak dan Ibunya. Awalnya hanya berjualan keliling dengan media gerobak dorong yang bertutup terpal. Namun lambat laun, karena mempunyai rasa yang enak, usaha ini terus berkembang. ”Bapak dan ibu yang jual, ya masih menggunakan gerobak dorong dari kayu jelek,” kata dia.
Warung soto ini sudah bertempat permanen yakni berlokasi di ruangan berukuran sekitar 7×6 meter dengan enam pegawai. ”Sekarang sudah tidak perlu panas dan kehujanan lagi saat berjualan,” kata Bakti.
Rahasia usaha kuliner keluarga ini selain karena cita rasa, juga karena pelayanan dari sang pemilik. ”Yang penting adalah ulet dan ramah saja dengan semua pelanggan,” kata Bakti. Menurut dia, anggap semua pelanggan adalah saudara sehingga mereka tetap senang dan nyaman berkunjung ke tempatnya untuk makan. Jika sudah begitu, tambah dia, lebih lanjut orang akan sering datang ke tempat tersebut.
Dahulu usaha ini hanya melayani anak sekolah dan sang guru yang mengajar di SMK PGRI Kromengan. Ya maklum, usaha ini tidak jauh dari sekolah tersebut dan bertempat di jalur utama Malang menuju Gunung Kawi. Usaha berada di jalan Kali Biru Desa Slorok Kecamatan Kromengan. Namun, karena sudah terkenal lama, pelanggan lain pun bermunculan. ”Ada yang hingga saat ini berlangganan, sejak dahulu sampai sekarang,” kata Bakti.
Mulai dari kelas pekerja, guru, PNS, dan kadang wisatawan yang sering mampir setelah atau saat akan ke Gunung Kawi. Namun, yang fanatik hingga saat ini, juga ada di antaranya orang Denmark dan Amerika Serikat. ”Ada warga negara asing yang menikah dengan orang Kromengan, setiap kali di sini (Kromengan), pasti mampir ke sini,” ujar Bakti. Awalnya, lanjut Bakti, orang asing heran dengan soto babat buatan orang tuanya. Heran bukan karena rasa, namun karena babatnya yang hitam. ”Lho ini makanan apa kok hitam seperti ini,” kata Bakti menirukan orang asing tersebut. ”Namun, setelah merasakan rasa sotonya, orang asing tersebut ketagihan. Mereka (orang asing) heran karena rasanya. Dan hingga saat ini malah menjadi pelanggan tetap. Setiap kali ke Kromengan, mereka pasti menyempatkan untuk mampir,” kata Bakti.
Pelanggan lain pun tetap bertahan dan pelanggan baru bermunculan. Menurut Bakti, justru pelanggan lama ini yang senantiasa mengingatkan. ”Kadang diingatkan dengan pelanggan lama, eling zaman dahulu saat masih susah saat berjualan keliling mendorong gerobak,” kata Bakti menirukan pelanggan.
Dengan kata-kata tersebut, dia menjadi ingat bahwa pelanggan harus dijaga dan dihormati. Sehingga karena sering sekali ramai, hampir setiap hari buka. ”Karena ada pelanggan yang sering kecewa, mereka datang jauh-jauh kami tidak buka dan sudah habis,” tandas Bakti. Karena itulah, hingga saat ini, usaha kuliner keluarga ini tidak pernah libur. Di warung soto babat Mujianto, hanya libur dua hari saat Idul Fitri dan setelahnya
rate bintang 3,7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar