Minggu, 06 September 2015

Pecel Klojen, Asli Kota Malang Digemari

Bisa dibilang Pecel Klojen yang berlokasi di dalam Pasar Klojen ini, pecel khas Malang. Sebab, pembuat resep bumbu pecelnya adalah orang asli Malang. Dia adalah Misnati, 90, warga Jl Cokroaminoto, Kota Malang. Karena sudah berusia senja, warung pecel nenek Misnati ini kini dikelola oleh anaknya Mudjiasri, 58.
Resep bumbu Pecel Klojen adalah racikan orisinal Misnati puluhan tahun yang lalu. Tidak seperti warung pecel legendaris kebanyakan, yang penjualnya berasal dari Tulungagung atau Kediri. Pecel legendaris yang satu ini peracik dan pendirinya justru orang Malang asli. ”Kami ini orang Malang asli, rumah saya di depan pasar ini. Hingga sekarang tetap setia di sini,” jelas Mudjiasri, anak kandung Misnati yang sudah mengelola pecel ini selama 40 tahun.
Sri, sapaan akrab Mudjiasri, mengatakan, mulai remaja dia sudah terbiasa untuk membantu ibunya berjualan di warung pecelnya di dalam pasar ini. Namun, saat itu kegiatan membantu ibunya tersebut dilakukan sepulang sekolah. ”Dari belajar membantu ibu di warung. Lama-lama sudah bisa menjalankan usaha kuliner ini sendiri,” kata dia.
Sejak awal berdiri pada 1975 hingga saat ini, warungnya tidak pernah berpindah. Baik Misnati dan Mudjiasri tetap konsisten untuk menjalankan usaha ini. Sebab, meski lokasinya di dalam pasar, tapi sudah banyak menjaring pelanggan sehingga sayang jika harus meninggalkan lokasi yang sudah banyak dikenal ini. ”Sudah banyak teman yang mengenal lokasi ini. Nanti jika pindah dari sini takutnya justru membingungkan para pelanggan,” ujarnya.
Perempuan berjilbab yang masih enerjik di usia senjanya ini mengatakan, lokasi yang masih konsisten hingga 40 tahun juga menjadi kunci untuk menarik pelanggan. Terlebih bagi pelanggan setia, mereka umumnya datang untuk bernostalgia. ”Kebanyakan yang dari Malang ketika merantau pulang selalu mampir ke sini. Warungnya juga bisa membuat orang kangen. Tidak hanya pecelnya saja,” kata dia.
kuliner pecel klojen
Ketika dia ditanya, kapan akan pensiun bergelut dengan bisnis legendarisnya ini, Sri berharap dia tetap bisa menjalankan warung ini. Kendati usianya tak lagi muda, nenek satu cucu ini berharap tetap diberi kesehatan agar Pecel Klojen tetap eksis. ”Janganlah, saya inginnya tetap bisa melayani para pembeli dan pecinta kuliner ini,” paparnya.
Bagi Sri, warung ini sudah seperti rumah keduanya. Di tempat ini, dia tidak hanya mencari nafkah saja melainkan juga menjalin relasi dengan banyak orang. Tak heran, ketika 11 hari mulai pertengahan Februari lalu tidak berjualan, banyak pelanggannya yang kangen dengan masakannya. Sri menjelaskan, pernah tutup selama 11 hari karena sang ibu sedang sakit. ”Tutup lama-lama juga kasihan pelanggan saya. Tapi tidak apa-apa lah, bagaimana lagi, merawat orang tua itu adalah kewajiban anak. Rezeki sudah ada yang mengatur,” papar dia.
Lokasi Pecel Klojen juga tidak berubah mulai dulu hingga sekarang. Di Pasar Klojen, pembeli harus masuk ke dalam Pasar Klojen dulu. Namun, jangan dibayangkan menuju ke venue kuliner ini akan membingungkan. Sebab, dari pintu masuk pasar, pengunjung tinggal belok ke kanan sedikit dan bisa langsung menjumpai warung yang tidak ada tendanya sama sekali, juga tidak ada papan nama penunjuk.
Walaupun tidak ada papan atau nama warung, namun tidak akan tersesat. Sebab, para pedagang di pasar tersebut akan dengan ramah menunjukkan lokasi pecel ini. Warungnya juga bersih dan di samping lapak Sri, pelanggan dapat dengan mudah menemukan tumpukan daun pisang.
Karena bentuk fisik warung yang tidak memiliki tenda atau kain penutup, para pengunjung pasar dapat dengan leluasa menyaksikan kecepatan tangan dari Sri saat melayani setiap pembelinya. Ya, Mudjiasri atau yang lebih akrab disapa Sri ini adalah pengelola dari warung yang sudah berusia 40 tahun itu. ”Warung ini dulunya milik ibu saya, Misnati, 90,” kisah Sri sambil tangannya tetap cekatan dalam melayani pembeli.
Warung pecel ini setiap hari tidak pernah sepi dari  pembeli. Penggemarnya pun beragam, mulai dari rakyat biasa, pengusaha, hingga pejabat setingkat wakil bupati, wali kota, hingga gubernur.rate bintang 3,4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar