Minggu, 06 September 2015

Soto Ayam Lamongan ’Lonceng’ Jl Kyai Tamin

Sudah eksis sejak tahun 1965, Soto Ayam Lamongan yang terletak di kawasan Lonceng Jl Kyai Tamin, Kota Malang ini masih menjadi primadona di kalangan pecintanya. Sejak pertama berdiri hingga sekarang tidak pernah berpindah tempat.
Warung Soto Ayam Lamongan Lonceng ini letaknya persis di sebelah barat pertigaan Lonceng, atau yang sekarang lebih dikenal dengan kawasan Kyai Tamin, Kota Malang. Disebut Soto Lonceng, karena memang tempatnya tidak jauh dari monumen lonceng atau jam kuno yang masih berdiri kokoh di pertigaan tersebut. Untuk menemukannya, juga tidak begitu susah. Karena letaknya di pinggir jalan besar kawasan Pasar Besar, Kota Malang.
Bangunannya juga masih sangat kuno. Bagian luar, dicat dengan warna biru terang. Untuk mengenali soto tersebut, hanya ada papan nama kayu dengan warna dasar putih dan ditulis dengan cat warna hitam. Tulisannya juga sederhana saja, tidak seperti papan nama jaman sekarang yang sangat atraktif dengan aneka model, layout, dan warna. Hanya tertulis Soto Ayam Lonceng saja. Sederhana sekali. Tidak hanya desain bangunan luarnya saja yang menunjukkan kelegendarisannya, namun juga interior desainnya pun mendukung suasana jadul dari warung adem ini. Yakni, masih menggunakan ubin khas zaman dulu yang berwarna krem dengan corak motif tertentu. Pada dindingnya juga masih menggunakan papan kayu yang terjaga keapikannya, masih dipelitur dengan mengkilap. Pada bagian atas pintu masuk juga masih ada izin dagang dari plakat kayu yang masih menggunakan ejaan lama.
kuliner soto ayam lonceng
Di bagian pojok-pojok ruangan, terdapat papan dengan model letter L yang difungsikan sebagai meja. Sementara untuk mejanya sendiri, ruangan tersebut hanya ada dua meja dengan ukuran sedang.
Sementara pada bagian pojok ruangan sebelah timur, terdapat semacam rombong berwarna cokelat mengkilap yang digunakan oleh pengelola Warung Soto Lamongan, Tasmiyadi, 45, yang merupakan cucu dari pendiri, (Alm) Abdul Manan untuk meladeni setiap pembeli yang menginginkan sotonya.
Laki-laki yang akrab disapa Yadi ini mengungkapkan, sejak tahun 1965, kakeknya yakni Abdul Manan yang merupakan orang Lamongan asli mulai berjualan soto di kawasan Pasar Besar. Namun, berjualannya masih menggunakan pikulan. Karena masih dipikul, cara berjualannya juga dikelilingkan dengan rute sekitar Pasar Besar, Lonceng hingga kawasan Jl Laksamana Martadinata. Akhirnya, sekitar tahun 1968, sudah resmi menempati warung yang sekarang berada di kawasan Jl Kyai Tamin ini. ”Dari pertama berdiri hingga sekarang tempatnya tidak berpindah,” terang Yadi, yang masih sibuk meladeni pembeli.
Sudah eksis sejak 47 tahun yang lalu, tidak membuat interior dari warung ini mengalami banyak perubahan. Justru, bangunan dan interior desainnya masih tetap dipertahankan. Terbukti dari sebagian perabotan jadul dan suasana yang ditawarkan semuanya masih mengandung unsur klasik. Mulai dari ubin, dinding, hingga plakat izin usaha. Menurut Yadi, mempertahankan keaslian bangunan merupakan permintaan dari kakeknya. ”Kakek memang meminta untuk tetap mempertahankan keaslian. Agar orang yang mampir tidak hanya nostalgia dengan menyantap masakannya, namun juga merasakan keaslian lokasinya,” tegasnya.
rate 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar