Minggu, 06 September 2015

Ayam Panggang Mbak Sri Jl Tangkuban Parahu, Kota Malang sejak 1970

Berkah dari kesetiaan mengabdi kepada majikannya, Sri Handayani, 56, dipercaya total meneruskan usaha warung ayam panggang (Alm) Nyik Sun. Sri sejak usia 15 tahun memang sudah membantu meracik bumbu ayam panggang. Karena tidak memiliki anak, dia mewariskan usahanya dan terus bertahan hingga kini.
Lokasi warungnya tepat berada di depan pintu masuk Stadion Gajayana, Kota Malang. Dengan mudah calon pelanggan menemukan warung yang selalu ramai setiap harinya ini. Penampilan warungnya sama dengan penampilan dari warung pinggir jalan pada umumnya.
Warung ini beratap tenda berwarna biru dengan jumlah meja dan kursi hanya enam pasang yang selalu dijejali oleh pembeli. Namun, jika pelanggan ingin menyantap aneka kuliner dengan lebih santai dapat juga duduk dengan lesehan. Untuk areal lesehan disediakan di depan pintu masuk stadion.
Di etalase warung Mbak Sri ini, ada beraneka ragam masakan. Mulai dari ayam panggang yang menjadi primadona, sate usus sapi, usus ayam, ati ampela sapi, bebek panggang, bali tahu, dan telur, juga ada sayur urap. Di belakang etalase tampak lima pekerja dari warung ini yang semuanya laki-laki, tampak sibuk melayani pembeli yang datang silih berganti.
kuliner Ayam Panggang Mbak Sri
Begitu juga dengan penerus ketiga dari warung ini, Abadi Sriono, 32. Abadi bertindak sebagai kasir yang menghitung pesanan semua pelanggan. ”Maaf baru bisa agak santai, dari tadi memang ramai,” jelasnya.
Abadi merupakan penerus ketiga dari Warung Mbak Sri. Dia bercerita, pada awalnya warung ini didirikan oleh Mak Nyik, majikan dari ibu Abadi, Sri Handayani, 56. ”Dulu ibu ikut memasak di Mak Nyik, sejak usia ibu 15 tahun,” cerita Abadi.
Sri sudah mengabdi kepada Mak Nyik alias Nyik Sun mulai dari tahun 1974. Saat itu, Sri mengabdi sebagai juru masak dari warung yang awalnya dikelola oleh Nyik Sun ini. Karena kepandaian dan keuletannya, tidak heran jika Sri dipercaya oleh Nyik Sun sebagai pemegang kunci rahasia dari resep legendarisnya. Menurut Abadi, berdasarkan cerita dari ibunya, hubungan antara Sri dengan Nyik Sun sangat dekat, kedekatannya bahkan melebihi saudara.
Bagaimana bisa Sri kemudian mengelola usaha warisan dari Nyik Sun ini? Abadi mengatakan, karena sudah menjadi orang kepercayaan dari Nyik Sun, maka ketika Mak Nyik sudah meninggal, usaha ini diwariskan kepada Sri. ”Nyik Sun tidak memiliki anak. Ibu saya adalah karyawan setia. Jadi ketika Nyik Sun meninggal tahun 1985, otomatis ibu saya yang meneruskan usaha ini,” jelas dia.
Pada mulanya kendati Nyik Sun sudah meninggal, Sri tetap meneruskan usaha kuliner yang awalnya berada di depan Kayutangan Gang 6. Namun, pada tahun 1990-an, sudah mulai berpindah tempat. Tepatnya di sekitar kolam renang dekat Stadion Gajayana. ”Dari 1995 berada di sana kemudian kami pindah lagi di sekitar stadion. Kemudian pada tahun 2005, kami menetap di lokasi yang sekarang,” beber laki-laki yang santai mengenakan kaus abu-abu ini, Rabu malam.
Warung ini buka cukup lama, yakni mulai dari pukul 17.00 hingga tengah malam, pukul 24.00. ”Setiap hari selalu buka,” tandas dia.
rate 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar