Minggu, 06 September 2015

Bakso Solo Kepanjen, Kabupaten Malang, Jujukan Favorit Warga dan Wisatawan

Membuka empat cabang Bakso Solo di wilayah Kabupaten Malang, bukan hal yang mudah. Sutanto, sang pemilik yang berasal dari Solo tersebut, memulainya dari nol. Awalnya, dia hanya bermodal pas-pasan, dia ingin membuka bakso seperti milik orang tuanya di Solo. Dia berhasil mengkreasikan resep bakso dari orang tuanya, hingga menemukan cita rasa yang lebih lezat. 
Bakso Solo Kepanjen milik Sutanto, pria asli Solo itu kini memiliki empat cabang di Kabupaten Malang. Warung bermarkas di Jl Raya A. Yani 38, Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini berkembang berkat rasa bakso dan kuahnya yang berbeda dengan bakso khas Malang pada umumnya. Sejak berdiri tahun 1996 hingga sekarang, Sutanto, 39, pemilik warung berusaha mempertahankan rasa tersebut.
Sebelum membuka usaha bakso di Kepanjen, Sutanto yang gagal ikut tes menjadi anggota TNI sebanyak dua kali itu ingin keluar dari kampungnya. Dia tidak ingin membantu orang tuanya yang membuka usaha bakso di kawasan Solo. Dengan modal pas-pasan, Sutanto pun merantau ke Malang tanpa ada tujuan yang jelas.
Berbekal uang Rp 2,5 juta, uang saku dari orang tuanya, anak pasangan Ngadi dan Ngatiem itu pun mengontrak rumah di Jl A. Yani 38 Kepanjen. Akhirnya, dia memutuskan membuka usaha bakso seperti yang dimiliki orang tuanya di Solo. Dia pun membeli perlengkapan untuk berjualan bakso. Dengan dibantu dua orang temannya dari Sukoharjo, pria yang sudah memiliki dua anak ini pun merintis usaha bakso.
Namun selama sembilan bulan jualan, belum ada tanda-tanda usahanya berkembang. Bahkan, Sutanto pun harus pergi ke Kota Malang untuk menjual cincin pemberian dari orang tuanya. ”Itu pun saya hanya punya uang Rp 500 perak dan hanya mampu sampai di Terminal Gadang. Di Terminal Gadang, saya gadaikan jam saya agar bisa naik mikrolet ke pasar besar untuk menjual cincin,” urai Sutanto.
Perjalanan menjual cincin itulah, Sutanto mulai menemukan banyak ide cemerlang. Resep yang dibawa dari Sukoharjo sepertinya butuh tambahan bumbu lagi agar lebih sedap. Selain itu, campuran tepung kanji harus di kurangi. Tujuannya, agar pentol bakso akan terasa lebih mantap.
Begitu juga dengan daging sapi yang akan dijadikan pentol. Hanya bagian paha yang dipilih. Sebab, bagian itulah yang dirasa cocok untuk dijadikan pentol. ”Dari keterpurukan itulah saya pun mulai bangkit lagi. Dan ternyata, bakso yang saya buat terus berkembang,” jelas Sutanto.
Melihat usaha yang terus berkembang itulah, Sutanto pun membuka cabang di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang pada tahun 1998. Hanya saja, selama dua tahun, cabang baru tersebut masih belum memiliki banyak pelanggan. Hingga Sutanto pun harus menutup warung tersebut.
Suami Warastri Utami ini pun mencari tempat untuk mengembangkan usahanya. Dengan tekad dan keyakinan yang kuat, Sutanto pun memutuskan untuk membuka usaha di Jl Perusahaan 2 Karanglo, Singosari. ”Di warung kedua inilah bakso kami terus berkembang. Hingga kini, saya pun buka cabang di Pakisaji dan Kendalpayak,” beber Sutanto.
Dengan kombinasi antara resep dari Sukoharjo dan kreasi Sutanto, Bakso Solo Kepanjen pun kini memiliki pelanggan sendiri. Hampir setiap hari ada saja pelanggan baru yang datang. Mereka pun banyak yang menjadi pelanggan tetap Bakso Solo Kepanjen.
Agar rasa bakso tidak berubah, Sutanto yang mencampur sendiri olahannya. Adonan bakso tersebut dibuat di markasnya di Jl A. Yani 38, Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen. Setelah jadi, adonan dikirim ke cabang warung Bakso Solo Kepanjen untuk dibuat menjadi pentol bakso.
Dalam sehari, bakso yang dirintis Sutanto tersebut menghabiskan daging sapi hingga 120 kilogram. Daging tersebut dibeli dari pedagang daging di Pasar Kepanjen. Daging bagian paha yang dipilih karena memiliki tekstur daging yang bagus. Selain rasanya yang gurih, daging bagian paha sapi mudah untuk diolah. Daging yang masih segar tersebut akan dipilih untuk dua jenis bakso. Ada pentol bakso jenis kasar dan pentol bakso jenis halus.
Daging yang paling bagus akan dibuat bakso kasar. Rasanya pun juga lebih terasa dagingnya. Sedangkan untuk bakso halus, lebih sedikit kenyal tetapi tidak menghilangkan rasa baksonya. ”Kami pilah-pilah dulu, baru kami giling,” urai Sutanto.
baksosolo-lapsus-kulinerKarena memiliki mesin penggiling sendiri, Sutanto pun lebih leluasa untuk membuat adonannya tanpa takut resepnya dicuri. Bahannya daging sapi segar ditambah dengan bawang merah dan garam. Sedangkan untuk campuran, Sutanto memilih kanji yang bagus dan halus. Satu ons kanji untuk campuran 1 kilogram daging sapi.
Dengan campuran yang sedikit itulah, kualitas pentol pun menjadi lebih bagus. Karena itu, Sutanto sangat meminimalisasi campuran kanji ke daging sapi. ”Satu kilogram daging sapi hanya saya campur satu ons kanji untuk menghasilkan rasa daging yang sempurna,” jelas Sutanto.
Sedangkan untuk kuahnya, Sutanto pun sangat merahasiakannya. Sebab, bumbu pada kuah itulah yang menjadi rasa bakso lebih terasa. Bahkan sebelum disajikan, pentol langsung dimasukkan ke dalam dandang kuah. Tujuannya agar bakso menjadi lebih sedap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar