Minggu, 06 September 2015

Bakso Damas Soekarno-Hatta, Kota Malang Jadi Supplier Bakso di Papua

Berbekal skill saat menjadi karyawan gerai bakso Cak Man, Aryo Damas sukses membesarkan bakso miliknya sendiri yang dinamakan Bakso Damas. Bahkan, Damas hingga saat ini menjadi supplier bakso bagian dapur perusahaan tambang emas asal Amerika, PT Freeport Indonesia.
Proses yang dilalui Aryo Damas, 41, cukup berliku dan penuh perjuangan. Dia mendirikan Bakso Damas mulai dari nol. Awalnya, Damas merupakan karyawan Bakso Cak Man tahun 1989 sampai 1993. Waktu itu, dia berjualan menggunakan gerobak keliling di sekitar Jalan Kedawung.
Sembari berjualan, dia menyisihkan keuntungannya untuk modal berjualan bakso sendiri. Dengan komisi Rp 4.500 per hari, pria 41 tahun ini mengumpulkannya untuk membeli peralatan memasak bakso. Setelah panci, kompor, dan terakhir adalah sepeda kayuh (sepeda ontel), dibelinya pada tahun 1993, Damas mulai berjualan keliling sendiri dengan menggunakan sepeda dan rombong kecil di belakangnya.
kuliner bakso damasDua tahun berikutnya, satu gerobak tambahan dimilikinya untuk ditempatkan di pinggir Jalan Soekarno-Hatta (lokasi warung sekarang). ”Saya masih ingat pertama jualan di Soekarno-Hatta itu pada 31 Desember 1995. Jadi malam tahun baru. Tapi, jalannya belum seramai seperti sekarang. Karena dulu masih satu ruas jalan. Pelan-pelan ternyata bisa juga jadi warung seperti ini,” katanya.
Dulu, bapak dua anak ini mengaku mendapatkan untung Rp 20 ribu dalam sehari itu sudah senang bukan main. Karena dari sisi rasa, bakso ini hampir sama dengan kebanyakan bakso Malang lainnya. Tapi, cara Damas melayani pelanggan dengan ramah yang jadi kunci untuk menarik pelanggan. ”Kalau ditanya istimewanya bakso saya ini apa? Menurut saya biasa saja kok. Sama kayak yang lainnya. Saya ini hanya modal nekad, kerja keras, dan yakin saja,” ujarnya.  (iw/lia)

Pernah Gagal Pertahankan

Tahun 2007 lalu, Bakso Damas sempat memiliki tujuh cabang sekaligus (selain warung utama) di Malang. Cabang tersebut didirikan secara bersamaan oleh ownernya, Aryo Damas. Sebuah mobil Toyota Innova (kurang lebih Rp 150 juta) pun dijual sebagai modalnya.
Tapi sayang, mayoritas cabang itu hanya berusia tiga tahun. Karena hanya ada dua cabang yang masih tersisa sampai sekarang. Yaitu di daerah Ruko Tlogomas dan Jalan Ahmad Yani, Kota Malang. Sedangkan cabang lain di Araya, Jalan Jakarta, Galunggung, dan beberapa lagi yang lainnya tidak bisa bertahan lebih lama. ”Banyak karyawan yang keluar karena mereka ingin buka bakso mandiri. Sebagian juga sudah menikah tidak kembali lagi. Jadi, lumayan terasa ketika modal mobil nggak kembali,” gurau Damas.
Selain kegagalan mempertahankan cabangnya, bakso ini juga sempat gagal dalam inovasi produk makanannya. Karena tahun 2010 silam, warung ini sempat menyajikan menu bakso bakar. ”Waktu itu, bakso bakar lagi marak memang. Makanya saya juga ingin coba. Tapi, ternyata kurang diminati. Mungkin rezekinya memang di bakso biasa,” jelasnya. (iw/lia)
kuliner bakso damas2

Bakso Jumbo Paling Laris

Dari segi rasa, Bakso Damas memang tidak berbeda jauh dari bakso Malang pada umumnya. Meski demikian, pelanggan yang datang sampai saat ini terus meningkat. Dari beberapa pelanggan yang ditemui Jawa Pos Radar Malang, ternyata ada menu yang cukup populer di sini. Yaitu bakso jumbo (di Malang disebut pentol jumbo).
Bakso yang satu ini berukuran kurang lebih lima kali lebih besar daripada ukuran bakso normal. Meski ukurannya besar, rasanya tetap empuk dan sedikit kenyal. Aroma dan rasa dagingnya juga terasa di lidah. ”Bakso jumbo sebenarnya di beberapa tempat juga ada. Tapi, di sini lebih terasa enak saja,” kata Yullian Kusuma, pelanggan yang juga mahasiswa Universitas Brawijaya Malang.
Selain itu, pelanggan lebih senang memesan bakso jumbo dengan alasan lebih puas. Daripada mengambil lima bakso ukuran normal, lebih sering puas mengambil satu bakso jumbo. ”Habis satu ini saja sudah kenyang sebenarnya,” kata dia.
Dalam satu hari, rata-rata bakso jumbo yang dihargai Rp 10 ribu per bijinya itu tembus di angka ratusan. Itu belum termasuk yang dikirim ke bagian dapur PT Freeport Indonesia dan warung bakso di Timika. Pemilik Bakso Damas, Aryo Damas mengakui kalau yang paling laris tempatnya adalah bakso jumbo. ”Baik yang halus maupun yang kasar ternyata laris. Terutama yang kasar, saya memang sangaja masukkan daging paha ayam cukup banyak,” katanya.
rate bintang 3,6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar