Minggu, 06 September 2015

Bakso Bakar Pak Man

Gara-gara mencium aroma sisa pentol bakso yang dibakar oleh karyawannya, Soeparman alias Pak Man punya ide menjual bakso bakar. Dulu, Pak Man berjualan bakso dengan gerobak sejak 1955 di Situbondo, lalu pindah ke Jember. Hingga kemudian dia menetap di Malang pada 1997 dan sukses hingga saat ini.
Soeparman mulai merintis usaha berjualan bakso sejak tahun 1955, di Situbondo. Pria yang akrab disapa Pak Man ini berjualan bakso biasa dengan gerobak dorong, karena dia seorang diri menjadi tulang punggung keluarganya. Hanya dengan modal seadanya, dia nekat membuka warung bakso.
Setelah mengalami jatuh bangun berjualan di daerah Situbondo, Soeparman akhirnya memindah usahanya ke daerah Jember pada tahun 1965. Dia mendorong dan menjual gerobak baksonya seorang diri. Lama berjualan di Jember, membuat Soeparman ingin menambah pengalamannya dalam berjualan bakso. Akhirnya, dia mulai usaha berjualan bakso di Malang sekitar tahun 1997. ”Saya ingat peristiwa itu. Waktu Presiden RI Habibie jalan-jalan ke Pasar Besar, saya bakar bakso,” ucapnya sambil bersemangat.Bakso-Bakar-Pak-Man
Pertama kali, Pak Man membuka warung di depan SMPN 2 Kota Malang Jl Prof M. Yamin. Usaha yang dirintisnya terus berjalan lancar, karena konsumen terbanyak adalah kalangan siswa SMP maupun warga sekitar. Hingga suatu hari ketika warung bakso miliknya sudah mulai tutup, karyawannya selalu membakar sampah sisa bakso yang tidak laku di hari itu. Kemudian Pak Man menghirup aroma harum bakso yang dibakar. ”Nah, dari situ saya kemudian punya ide untuk meracik dan menjual bakso bakar,” ujar pria berusia 80 tahun ini.
”Prinsip saya, kala itu ada atau tidak ada orang, bakso yang sudah dijual, tidak bisa dijual lagi meskipun tidak laku,” ucapnya tegas.
Sejak saat itulah, akhirnya Pak Man menjual bakso bakar hingga sekarang. Mulai dari penguasaan resep dan cara memasak, dia lakukan sendiri. ”Bumbu dan racikan saya sendiri yang buat. Saya sampai jarang tidur,” paparnya.
Meskipun tenaganya sudah tidak lagi mumpuni untuk meneruskan memasak, pria ini setiap harinya masih rela menjaga warung yang dimilikinya. ”Mulai dari pukul 09.00 hingga jam empat sore saya di sini. Setelah itu saya pulang, capek sudah tua,” ucapnya.
Warung ini perlahan-lahan mulai dikelola oleh salah satu penerusnya yaitu Didik Hariyanto. ”Anak saya hanya mengantar bakso dan menjaga warung saja, sesekali juga membantu memasak,” jelas Pak Man.
Selain masih berjualan bakso di depan SMPN 2, Pak Man juga membuka cabang di Jalan Diponegoro 19 A, Kota Malang. Khusus di Jalan Diponegoro 19 A Malang, warung buka mulai pukul 09.00 hingga 21.00. Setiap harinya, tanpa ada jeda libur, bakso bakar ini terus dipadati pengunjung. Apalagi ketika weekend datang dan musim liburan, puluhan mobil dan motor berjejer di warung mungil ini. Para pecinta bakso bakar bahkan rela mengantre dan berdesak- desakan demi menikmati lezatnya seporsi bakso bakar.
rate bintang 
3,3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar