Minggu, 06 September 2015

Sate Kambing Bunul Haji Paino

Sate merupakan salah satu makanan khas Indonesia. Di Malang ada banyak warung sate yang sudah familiar di telinga Anda. Salah satunya adalah sate kambing Haji Paino yang berada di Bunul. Kini, di tangan generasi kedua, Daryanto (anak kedua almarhum H Paino), warung sate ini semakin berkibar.
***
Warung sate kambing yang berlokasi di Jl Hamid Rusdi Timur 315 Kelurahan Bunul Rejo, Blimbing ini tidak pernah sepi. Setiap hari pelanggan datang silih berganti di warung yang memiliki halaman parkir yang tidak begitu luas ini. Tidak jarang para pelanggan harus parkir jauh dari warung agar bisa singgah untuk mencicipi menu olahan daging kambingnya.
Kondisi tersebut sudah terjadi sejak tahun 1973. Saat itu, almarhum Paino masih bujang dan membuka usaha sate kambing bersama dua orang yang masih kerabatnya, yakni (alm) Sampuri dan (alm) Kusnan. Uang yang berhasil dikumpulkan digunakan untuk modal membuka warung sate di Jl Kaliurang Kota Malang.
Usaha yang mereka bangun pun berkembang pesat. Hingga pada 1974, Haji Paino mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi almrhumah Sulikah. Sejak saat itu, keduanya mulai mencari tempat untuk membuat usaha sendiri. Membangun bisnis kuliner sate kambing di Kota Malang.
Keinginan keduanya pun akhirnya terwujud pada 1975. Haji Paino menemukan tempat di Jl Hamid Rusdi Timur. Lokasinya masih sepi dan banyak ditumbuhi ilalang. Namun itu bukan menjadi penghalang Paino untuk membangun bisnis kuliner. ”Kalau Abah (Paino) bilang kepada saya, dulu warung ini sangat kotor. Banyak ilalang. Abah yang membersihkan untuk dibuat usaha,” kata Yanto panggilan akrab Daryanto.
Selain kawasan tersebut masih banyak ilalang dan kotor, air bersih pun juga sulit didapat. Untuk mendapatkan air bersih, (alm) Paino harus mengangkatnya dengan jerigen sejauh lebih dari 100 meter setiap hari. Kerja dan tekad keras itu semata-mata untuk membangun bisnis kuliner yang diimpikan keduanya sejak lama.
Usaha pun terus berkembang pesat. Hingga pada 1997, Yanto pun diminta ikut terjun langsung membantu orang tuanya. Mulai memeriksa kambing yang akan disembelih hingga ikut membantu berjualan. ”Saya mulai bantu orang tua karena banyak pesanan. Saat itu, saya sudah kuliah di UMM Fakultas Psikologi,” urai Yanto.
Sejak dipercaya ikut mengelola bisnis keluarga itu, Yanto pun semakin bersemangat. Ikut memberikan masukan kepada orang tua mengenai manajemen bisnis. Selain itu, juga membantu pemasaran. ”Waktu itu sebenarnya saya banyak bertugas di luar. Sebab, memang sudah dipercaya oleh Abah untuk mengurusi yang bagian luar-luar saja,” ungkap pria yang sudah memiliki tiga anak ini.
Karena sudah memiliki penghasilan sendiri, Yanto pun memutuskan menikah pada 2000. Ufanuraini, yang dipilih Yanto sebagai pendamping hidupnya. Sejak saat itu, Yanto dipersiapkan orang tuanya untuk meneruskan bisnis sate kambing. ”Puncaknya pada 2005, sehari kami bisa menyembelih hingga 35 ekor kambing. Dan saya yang ikut turun langsung mengelola bisnis ini,” beber Yanto.
Hingga 10 tahun, Yanto digembleng untuk dipersiapkan sebagai generasi kedua pengelola bisnis sate kambing Haji Paino. Dan pada 2010, Yanto pun sepenuhnya mengelola usaha tersebut.
satebunul-kulinerBanyak inovasi yang dilakukan Yanto. Mulai membenahi manajemen hingga menambah menunya. Dari yang hanya sate dan gulai kambing, berkembang ke menu lainnya. Di antaranya, krengsengan kambing; tong seng; sup iga kambing maupun gulai kakat. ”Krengsengan kikil yang banyak peminatnya. Resep itu dari istri saya,” urai Yanto.
Hingga kini, usaha sate kambing Haji Paino pun terus berkembang. Banyak pelanggan yang meminta buka cabang. Karena itu Yanto pun membuka cabang di Jl Raya Randu Agung  62–64, Singosari, Kabupaten Malang.
Dari dua warung sate kambing tersebut, Yanto pun setiap hari harus menyembelih sedikitnya 25 hingga 30 ekor kambing setiap harinya. Dan itu belum termasuk saat ada pesanan. ”Rata-rata, setiap hari antara 25–30 ekor kambing yang kami sembelih,” terang Yanto.
rate bintang 3,8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar